Senin, 09 Maret 2015

Resensi "Sakinah Bersamamu"

“Sakinah Bersamamu”, merupakan salah satu Best Seller dari novelis Forum Lingkar Pena yang telah banyak menghasilkan karya best seller lainnya, Asma Nadia. Kumpulan cerita yang mengupas berbagai permasalahan dalam kehidupan pernikahan dan rumah tangga dituangkan dengan bahas yang lugas, sederhana dan jujur sehingga pembaca mudah memahami maksud yang ingin disampaikan dalam cerita. Selain berbagai permasalahan yang dikemas dalam cerita, Asma Nadia juga mengupas dan membahas setiap permasalahan dalam cerita dan memberikan beberapa alternatif penyelesaian.

“Sakinah Bersamamu” yang memuat 17 cerita sekaligus pembahasannya mengajarkan bagaimana lebih bijak dalam menghadapi permasalahan dalam rumah tangga. Beberapa masalah yang ada antara lain perbedaan latar belakang suku, budaya dan lingkungan kehidupan yang mempengaruhi kehidupan keseharian masing-masing orang sehingga dapat menimbulkan miskomunikasi dan salah paham, kenangan dan kehadiran sosok yang pernah memasuki kehidupan salah satu dari pasangan sebelum pernikahan yang terekam di bawah sadar yang dapat memicu ketidaknyaman dalam menjalani hubungan pernikahan, kebosanan dengan rutinitas dalam kehidupan rumah tangga, perubahan fisik salah pasangan misalnya istri tidak cantik lagi dan tidak berdandan yang membuat suami kurang tertarik lagi, perbedaan sensitifitas istri dan suami sehingga keinginan istri untuk dimengerti kandas karena kurang pemahaman suami yang tidak peka yang akhirnya membuat istrinya ngambek, dan cerita kehidupan rumah tangga lainnya.

Permasalahan dalam cerita pertama adalah perbedaan latar belakang suku, budaya dan lingkungan kehidupan antara suami dengan istri. “Rahasia Mas Danu” bercerita tentang warna kehidupan pasangan yang baru menikah. Dinda, istri Danu yang berasal dari Batak cenderung blak-blakan dan apa adanya dalam berbicara dan ekspresif, sementara Danu yang berasal dari Jawa lebih sedikit bicara dan sabar tetapi rasa hati ditunjukkannya dengan perbuatan. Bagaimana seorang Danu yang tidak pernah mengungkapkan rasa cinta kepada seorang wanita berusaha keras agar perasaan sayang yang dimilikinya dapat tersampaikan kepada istri tercintanya. Pernikahan mereka yang dengan proses ta’aruf dan tanpa pacaran membuat mereka tidak terbiasa mengungkapkan perasaan masing-masing. Berkali-kali kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan gagal justru membuat Dinda marah dan kecewa hingga akhirnya timbul curiga. Bayangan-bayangan buruk mulai muncul dalam benak Dinda, tentang kemungkinan yang telah dilakukan Danu. Bayangan terburuk adalah Danu menikah lagi. Emosi yang memuncak sempat menutup pikiran Dinda hingga akhirnya memutuskan untuk kembali kepada orang tuanya sebelum mengetahui kebenarannya. Danu hanya bingung melihat Dinda yang tiba-tiba berubah, dan memintanya untuk membicarakannya baik-baik.  Namun Dinda yang terlanjur emosi tidak mau mendengarkan hingga akhirnya terlontar kalimat yang selama ini ingin diungkapkan, bahwa ia mencintai istrinya. Danu ingin mengungkapkan bahwa ia sangat mencintai Dinda. Seketika luluh emosi Dinda mendengarnya. Hal yang selama ini ditunggu adalah ungkapan rasa cinta dan sayang. Hal yang mungkin sangat biasa diungkapkan oleh pasangan lain, tapi tidak bagi Danu. Butuh perjuangan untuk mengatakannya. Lingkungan kehidupan yang membesarkannya hanya memberinya pelajaran bahwa cinta yang diungkapkan hanya ditunjukkan dengan pengabdian, bukan perkataan. Hal itulah yang membuat Danu sulit mengungkapkan perasaan karena selama ini yang dilihat dalam kehidupan orang tuanya adalah rasa cinta yang dibalut dalam bekti ibunya kepada ayahnya. Kepergian ibunya selama-lamanya menorehkan penyesalan mendalam pada hati bapaknya. Penyesalan tidak pernah mengungkapkan perasaannya meskipun bapaknya sangat mencintai ibunya. Penyesalan itulah yang tidak ingin dirasakan oleh Danu sehingga ia berjuang untuk mengungkapkan meskipun berkali-kali gagal. Cerita ini mengajarkan bagaimana menyelaraskan kehidupan dua manusia yang berbeda yang telah terikat dalam pernikahan melalui komunikasi dan keterbukaan.

Masalah lain yang muncul dalam kehidupan rumah tangga adalah kepekaan antara suami dan istri yang berbeda. Perlunya memahami sikap istri dapat membantu kesalahpahaman dalam hubungan suami istri sehingga dapat meminimalisir konflik. Seperti dalam cerita “Ngambek”, perbedaan pemikiran antara Indah dengan Ryan dalam menanggapi sesuatu meskipun masalah sepele justru membuat Indah stres dan kecewa, padahal Ryan menanggapinya dengan santai. Seperti suatu pagi, jam sarapan Indah bersama Ryan disempatkannya untuk membaca tabloid yang berisi gosip tentang artis kesayangan mamanya Ryan. Bukannya menanggapi antusias Indah, Ryan justru dengan kalem menyuruhnya sarapan. Respon Ryan yang terkesan tidak menanggapinya membuat Indah jengkel. Indah pun mencari topik lain yang ujung-ujungnya membuat Indah bergosip. Hal itu membuat Ryan gerah dan terpaksa menegurnya agar melakukan hal yang lebih penting. Disinilah dimulai ‘protes’ Indah, mendiamkannya. Ryan pun dengan santai dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa, dan Indah sukses berdamai dengan Ryan, namun tidak lama. Sensitifitas Ryan memang sangat rendah. Bahkan di saat-saat romantis, Ryan sempat berkomentar yang membuat Indah ilfil. ‘Protes’ dengan sikap Ryan yang tidak peka membuat Indah banyak melakukan hal konyol, mulai dari mogok makan, mogok bicara, tidur dengan jilbab tiga hari tiga malam tapi semuanya justru membuat Indah tidak nyaman dan tidak enak sendiri. Indah kehabisan akal untuk mencari cara ngambek. Ryan yang melihat Indah melamun pun akhirnya penasaran dan menanyakannya. Indah semakin jengkel, sementara orang yang yang selama ini membuatnya jengkel justru menanyakannya. Akhirnya saking tidak tahannya, Indah mengungkapkan kekesalannya selama ini karena sikap Ryan. Dan ternyata, Ryan tidak memahami kejengkelan Indah selama ini. Indah mengungkapkan ketidaksukaannya dengan sikap Ryan, dan hanya mengurut dada ketika tahu bahwa istrinya ternyata sangat sensi.

Cerita “Mata Yang Sederhana” mengajarkan definisi kecantikan istri di mata suami dari persepsi yang unik. Cantik adalah hal yang sangat relatif. Ketika orang mengatakan cantik, cenderung mengarah pada cantik secara fisik. Namun masing-masing punya pendapat mengenai definisi cantik. Seperti yang dialami Heri dan Agus yang masing-masing mempunyai istri dengan penampilan sangat bertolak belakang. Heri, seorang pekerja kantoran mempunyai istri yang telah mendampinginya selama belasan tahun, menjadi ibu yang baik bagi ketiga anaknya, membesarkannya dengan penuh perhatian dan tanggung jawab, dan mengurus rumah dengan sangat baik tanpa sedikitpun kekurangan. Pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu membuatnya hampir tidak pernah sempat berdandan, dengan penampilan yang sederhana dan matanya yang semakin sayu berusaha mengabdikan hidupnya pada keluarganya. Namun pengorbanan yang dilakukannya tidak membuat Heri tertarik lagi, hanya karena pakaian yang sangat sederhana, bahkan hanya beberapa yang dimiliki sehingga terkesan jarang berganti pakaian. Juga jarang dandan atau make up. Sementara Heri melihat istri Agus, temannya, terlihat sangat cantik dan seksi. Heri berpikir bahwa Agus bangga memiliki istri yang cantik dengan karir yang cemerlang. Berbeda dengan Agus, sebaliknya ia menilai bahwa beruntung Heri yang telah memiliki istri seperti istrinya. Bertanggung jawab terhadap keluarganya, selalu ada waktu untuk keluarga, melayani suami dan mengerjakan tugas rumah dengan sempurna. Agus sendiri sangat merasa kesepian meskipun memiliki istri yang sangat cantik dan karir yang bagus karena untuk mendapatkan semua itu maka waktu yang seharusnya untuk suaminya justru habis untuk berdandan dan bekerja. Apa yang dialami Heri membuatnya ingin merasakan sesuatu yang beda. Teman-teman sekantornya menyarankannya untuk mengunjungi tempat dimana banyak wanita-wanita melayani pria. Heri yang belum pernah menginjakkan kaki di tempat tersebut sangat takut, dan ketika salah seorang wanita mengajaknya masuk kamar, Heri kabur. Rasa bersalah mengingat wajah istrinya membuatnya segera sadar. Kesetiaan dan pengabdian istrinya selama belasan tahun mendampinginya maampu membuatnya luruh. Kecantikan dan kehalusan kulitnya yang dulu pernah dimilikinya rela dikorbankan untuk melewati masa pernikahan yang panjang. Dan, sosok itu adalah sosok yang sesungguhnya paling indah di mata Heri. Kesederhanaan dengan ketulusan, pengabdian dan kesetiaan adalah kecantikan yang tidak dapat dibandingkan dengan kecantikan fisik.

Cerita yang tidak kalah serunya adalah “Dia dalam Mimpi-mimpi Rani”, “Bahagia Mutiara”, “Sejuta Kasih”, “Ibu pergi Sebulan”, “Satu Kecupan”, “Nyonya Kokom dan Para Suami”, “Arti Bunda”, “Gaya-gaya Tante Erna”, “Cerita Tiga Hari”, “Lelaki yang Selalu Sendiri”, “Saat Memaknai Cinta”, “Dua Puluh Tahun Cinta”, “Kalung” dan “Sakinah Bersamamu”.

“Sakinah Bersamamu” sendiri ditulis Asma Nadia sebagai cerita penutup, sekaligus sebagai judul novel. Perjuangan dalam mengarungi ujian rumah tangga dan berjuang mempertahankannya hingga tutup usia. Perselingkuhan yang sempat mengguncang rumah tangga. Jatuh cinta berkali-kali dengan lelaki yang sama meskipun telah tersakiti. Saling menjaga satu sama lain, hingga mata terpejam selamanya, hingga ruh terpisah daru jasad, dan pernikahan hanya terpisahkan oleh maut.