Senin, 09 Januari 2017

Tidak Berjudul

Diamlah..
Dan biarkan aku belajar tentangmu
Biarkan aku belajar darimu
Biarkan aku belajar memahamimu

Aku ingin menikmati setiap proses pembelajaran itu
Menikmati bagaimana aku salah dan berjuang memperbaikinya
Mencoba mana yang tepat dan tidak tepat
Karena aku menyukai tiap prosesnya

Jangan pergi jika kamu bosan
Beri aku waktu
Beri aku kesempatan
Beri aku ruang
Untuk mencapai ruang hati terdalammu


Minggu, 08 Januari 2017

Menunggu

Pagi ini rencana ambil jadwal kereta ke Jogja dari Klaten pukul 10.02 WIB. Mobil yang membawa ke stasiun Klaten berangkat pukul 09.15 WIB, dan sampai stasiun pukul 09.45 WIB. Prediksi tiket masih tersedia, ternyata habis. Terpaksa ambil jadwal berikutnya pukul 12.48 WIB. Lama bukan?

Ya, menunggu memang menjadi sesuatu yang terasa lama, membosankan, dan mungkin membuang waktu. Kecuali memang kita bisa memanfaatkan waktu selama menunggu. Sama halnya ketika hidup, hidup itu hanya menunggu. Menunggu giliran kita untuk 'pulang'.

Menunggu menjadi terasa sia-sia jika waktu yang digunakan untuk menunggu tidak kita manfaatkan. Imam Syafii pernah berkata bahwa waktu itu ibarat pedang, hanya ada 2 pilihan, kita yang akan terhunus jika tidak memanfaatkannya, atau kita dapat mengendalikan pedang itu dengan memanfaatkan waktu.

Hidup erat kaitannya dengan waktu. Hidup itu adalah masa dimana kita menunggu alam berikutnya. Hidup adalah investasi untuk mencari bekal kehidupan selanjutnya. Maka, dengan memanfaatkan waktu hidup lah masa menunggu kita tidak sia-sia. Semoga masa usia kita memberi banyak manfaat, bukan mudharat. Aamiin

Sabtu, 07 Januari 2017

Sajak Rindu

Rindu di hati yang menggelayut kian kuat
Hingga membawamu masuk dalam mimpi-mimpiku
Semalam..ya, semalam
Terasa nyata kamu di sampingku

Rindu yang menghujam kian menusuk
Membawamu dalam pikir alam bawah sadarku
Terasa hadir dalam setiap langkahku

Rindu ini membawa kembali rasa dan asa
Entah sampai kapan
Entah...


Jumat, 06 Januari 2017

Stay Humble

Setiap kita menempuh perjalanan hidup untuk memenuhi takdirNya. Jika kita 'mau' membuka hati, ada banyak hal yang bisa kita pelajari di sekitar kita. Bukan untuk membanggakan diri bahwa kita memiliki banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan, bukan untuk menunjukkan bahwa kita 'merasa' unggul dan lebih baik dari yang lain. Sekali lagi ini tentang puncak berharganya seorang hamba, dimana pada kemanfaatannya lah terletak nilai manusia itu sendiri.

Kembali lagi pada perjalanan hidup, kita akan menemukan banyak pengalaman, ilmu, teman dimana semuanya itu dapat mempengaruhi hidup kita. Satu hal yang kita jaga adalah kerendahan hati, bahwa semua adalah milikNya. Tanpa izinNya kita tidak memiliki apa pun. Seorang sahabat pernah mengajarkan padaku, untuk tetap sederhana, tetap rendah hati, apapun yang kita miliki. Karena semua itu bisa saja diambil Sang Pemilik sewaktu-waktu. Siapkah?

Ada tujuan dibalik setiap peristiwa, termasuk setiap yang kita capai. Harta, jabatan, keluarga dan sebagainya. Bisa saja menjadi ujian hidup, bisa saja memang anugerahNya. Yang harus dipahami adalah bahwa itu semua titipan dan amanah, sehingga kita harus siap untuk mempertanggungjawabkannya kelak. Bukan untuk berbangga diri, ilmu yang kita miliki sejauh mana menjadi amal jariyah dan tabungan akhirat, harta yang kita belanjakan sejauh mana nilai manfaatnya, anak-anak yang kita didik apakah bisa menjadi anak berbakti?

Dan jika kita 'pulang' kita harus siap. Sekali lagi, tetaplah sederhana dan rendah hati...

Kamis, 05 Januari 2017

Kembali Pulang

Perjalanan ini membawaku kembali pulang....setelah sekian lama berada di Jogja dengan berbagai kesibukan. Kereta yg membawaku pulang kali ini sedikit berbeda suasana, mendung dan dinginnya udara setelah hujan membawa anganku merenung.

Ya..tentang pulang. Kita semua punya jalan untuk pulang. Perjalanan yang ditempuh setiap orang bisa saja berbeda, tapi tujuan sama, pulang...

Inilah hidup. Semegah apapun yang kita bangun, setinggi apapun jabatan, sebanyak apapun yang kita punya, pada akhirnya kita pulang, meninggalkan segala kesibukan dan hiruk pikuknya. Menanggalkan lelahnya berada dunia, dan kembali pulang... damai...

Selasa, 03 Januari 2017

Hujan

Sudah 2 hari ini hujan turun di pagi hari. Dingin... Terkadang menjadi godaan untuk bersembunyi di bawah selimut. Tapi.. mengingat keberkahan pagi rasanya sayang untuk melewatkan. Menukil perkataan Ibnul Qayyim bahwa “Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.” (Miftah Daris Sa’adah, 2/216). Amalan seseorang di waktu muda berpengaruh terhadap amalannya di waktu tua. Jadi jika seseorang di awal pagi sudah malas-malasan dengan sering tidur, maka di sore harinya dia juga akan malas-malasan pula.

Terlebih saat hujan, karena itu adalah waktu diijabah doa. Banyak-banyak berdoa, karena di tahun ini banyak impian yang ingin kuwujudkan. Setiap harinya adalah peluang dan kesempatan meraih yang lebih baik. Setiap hari harus ada kebaikan yang dicapai yang lebih baik dari hari sebelumnya agar tidak merugi. “Barang siapa hari ini LEBIH BAIK dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang BERUNTUNG,
Barang siapa yang hari ini SAMA DENGAN hari kemarin dialah tergolong orang yang MERUGI
dan Barang siapa yang hari ini LEBIH BURUK dari hari kemarin dialah tergolong orang yang CELAKA” (HR Hakim).

Hujan ini moga selalu membawa berkah, memberikan kami kesempatan-kesempatan untuk berdoa, sehingga para MalaikatNya memungut doa-doa kami dan membawanya ke langit... 

Senin, 02 Januari 2017

Ujian Hidup

Perjalanan hidup seseorang tidak selalu baik-baik saja. Setiap orang pasti memimpikan segalanya baik, namun Allah tidak memberikan itu. Kenapa? Karena jika selalu baik maka tidak dapat mensyukuri apa yang baik, tidak mawas dengan buruk, dan terlena. Ujian, seperti tidak terpenuhi keinginan mengajarkan banyak hal. Belajar untuk bersabar, nerimo, belajar memahami bahwa di sana, dalam ujian-ujian hidup itu selalu ada hikmah dan tujuan, menempa kita dan menjadikan kita layak naik untuk tingkat berikutnya, Ibarat tangga, pelan-pelan akan kita lalui sampai puncak, tapi jika tak ada ujian, kita selalu dibawah, stag dan tidak ada pencapaian-pencapaian.

Ujian mengajarkan kita bagaimana untuk dewasa, belajar mengurai masalah sehingga menjadikan kita lebih mampu untuk mengarungi hidup. Bahkan ujian yang dirasa kita tidak mampu, jika Allah memberikannya maka pasti kita mampu. "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya....(Al Baqoroh: 286)". Setiap orang pasti mampu dengan ujian yang diberikanNya. Kita hanya perlu yakin itu, dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

Apa yang kita rasakan berat, tidak akan berat jika kita memikirkan bahwa ujian itu ringan. Allah selalu memberikan jalan keluar dari setiap masalah. Asal kita yakin, berdoa dan berusaha sungguh-sungguh. Berdoa..dan berdoa tanpa henti, karena berdoa itu seperti kayuhan sepeda, yang membawa kita sampai pada tujuan. Apa yang kita lalui di dunia ini pasti ada tujuan, hanya saja kita harus memahami bahwa tujuan sebenarnya adalah ridhoNya. Bukan tentang tujuan kita, yang paling penting adalah apakah capaian kita selaras dengan ridhoNya. Karena tanpa itu, yang kita capai hanya sia-sia.

Kembali pada ujian, semua ujian yang kita lalui adalah cara Allah mengasah kita menjadi lebih baik. Aku menyadari bahwa kehidupanku yang berantakan ternyata merupakan tujuanNya menjadikanku layak sebagai hambaNya. Aku mencoba memahami keinginanNya bagaimana menimpakan ujian yang begitu berat untukku, dan selama 4 tahun aku menyadari banyak perubahanku yang lebih baik. Di sisi lain begitu berat ujian yang harus kujalani, namun di sisi lain aku sangat bersyukur dengan ujian yang kuterima, bahwa Allah membuatku layak dimata hamba-hambaNya yang sangat taat.

Minggu, 01 Januari 2017

Perjalanan Hati (2)

Masih tentang pembelajaran tahun lalu, tahun 2016 yang penuh hikmah. Banyak hal yang dapat kuambil tentang hidup. Bagaimana menjadi pribadi untuk mendengarkan sebelum memberikan pendapat, lebih kepada tidak menghujat, mengontrol emosi, perilaku dan perkataan karena setiap sesuatu pasti ada alasan, seperti apapun alasan itu. Ini akan memberikan nyaman pada orang lain, terutama orang-orang terdekat.

Belajar untuk lebih santun dalam berperilaku dan bertutur kata, karena setiap orang tidak suka untuk diperlakukan kasar. Kelembutan hati dan perilaku yang harus dijaga, sebagai teladan untuk anak-anakku. Kelembutan hati juga lah yang membantuku untuk lebih peka dan memahami tentang orang lain, tentang kondisi sekitar, mengasah intuisi sehingga melangkah tepat di jalur yang Dia inginkan.

Tahun lalu juga mengajarkanku untuk lebih banyak mendengarkan, lebih banyak melihat, sedikit berbicara. Mencoba untuk menyelaraskan hati, pikiran dan perilaku. Lebih peka dengan hati. Hati sebagai indikator, jika rasa nyaman yang didapat, hati masih berada dalam koridor. Namun jika hati merasa tidak nyaman dan resah, pasti ada sesuatu yang salah. Rosululloh Saw. bersabda, “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik, maka baiklah seluruh tubuh. Namun, jika segumpal darah itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Juga mengajarkanku bagaimana untuk lebih rendah hati, karena tidak semua yang dapat dilakukan dan dimiliki tanpa izinNya. Maka menyadarkan hati padaNya membuatku lebih nyaman, tidak lagi merasakan kehilangan. Setiap laku dan pikir akan diminta pertanggungjawaban, maka harus dijaga agar tidak membuatNya kecewa. Sebagai bentuk rasa syukur adalah tetap menjalani kehidupan dengan baik, dengan ridhoNya.

Kehilangan, rasa kehilangan yang terlalu sering mengajarkanku untuk ikhlas. Aku hanya memenuhi takdirNya, yang membawaku pada muara yang menjadi kehendakNya. Tiap yang datang pasti akan pergi, itu sunnatulloh yang harus selalu aku pahami agar selalu siap melepas apa yang datang. Aku masih harus banyak belajar, tentang kehidupanku yang seperti apa yang menjadi kehendakNya...

Selamat datang tahun 2017, semoga lebih banyak lagi mengajarkanku tentang hidup...............