Sabtu, 31 Maret 2018

RESENSI "MUSIM SEMI DI WYOMING"

Novel berjudul “Musim Semi di Wyoming” ini merupakan novel lama yang diterbitkan tahun 2003 oleh Penerbit PT. Syaamil Cipta Media dengan tebal 198 halaman. Novel ini ditulis oleh Nurbaiti dengan nama pena Hikaru (Bercahaya). Hikaru lahir di Depok pada tanggal 8 Mei 1982 dan merupakan anggota Forum Lingkar Pena wilayah Bandung. Karya pertamanya berhasil masuk majalah Annida saat usianya 18 tahun.

Novel ini mengisahkan tentang ke-Islaman dua orang detektif Kepolisian Los Angeles, Larry dan Frank. Akan tetapi jauh sebelum mengenal Islam, keduanya sangat membenci Islam. Bahkan Larry adalah ateis yang memandang bahwa semua agama sama, ritual usang yang hanya sebatas surga neraka, sedangkan Frank selalu berbuat anarkis terhadap hal-hal yang berbau Islam seperti menganggap bahwa semua muslim adalah penghianat dan teroris. Frank juga tak segan-segan membakar Al Qur’an jika melihatnya.

Selama menjadi detektif Kepolisian dan belum mengenal Islam, sepak terjang keduanya mampu memecahkan berbagai masalah kriminal. Kasus terbesar yang dihadapi mereka adalah serangkaian pembunuhan pada beberapa pengusaha dan aparat penegak hukum. Setiap korban pembunuhan menerima ancaman sebelum dibunuh, dan Larry menjadi salah satu orang yang menerima surat ancaman tersebut.

Larry memiliki sifat yang dingin, pendiam, tertutup, namun cerdas. Satu-satunya kelebihan Larry yang tidak dimiliki detektif atau petugas Kepolisian lainnya adalah kemampuan ingatan fotografik, mengingat detail berbagai peristiwa. Berbeda dengan Frank yang cenderung ekspresif, impulsif sehingga sering bertinda ceroboh. Frank dikenal sebagai pribadi yang blak-blakan, cenderung mengungkapkan segala sesuatunya dengan gamblang, termasuk mengenai kesukaan dan ketidaksukaan. Kedua rekan ini saling mengisi dengan berbagai karakter yang mereka miliki.

Sikap dan sifat Larry yang pendiam dan tertutup bukan tanpa sebab. Masa lalunya yang kelam membuatnya menutup diri dari lingkungan. Ketika masa kecilnya, Larry hidup bahagia dan tinggal di Wyoming bersama orang tuanya dengan berbagai kemewahan yang dimilikinya, bahkan ayah Larry, Mr. Watson adalah pengusaha paling kaya ke-3 di New York. Akan tetapi, di tengah-tengah kebahagiaannya Larry kecil harus kehilangan orang tuanya yang meninggal dalam kecelakaan pesawat. Larry kecil melihat langsung mayat kedua orang tuanya yang telah ditemukan. Setelah itu Larry kecil dalam pengasuhan bibinya yang otoriter, Mrs. Lindsay. Pengasuhan yang bertolak belakang dengan orang tuanya yang membuat Larry keci berontak dan menyebabkannya dimasukkan dalam sekolah asrama yang disiplin dengan hukuman fisik jika dianggap membangkan. Berbagai kemampuan harus Larry pelajari dan kuasai sebagai pewaris tunggal perusahaan ayahnya. Akan tetapi Larry memilih meninggalkan perusahaan dan memilih bekerja di Kepolisian, meski ditentang oleh bibinya yang selalu sinis mengenai pekerjaan Larry yang beresiko tinggi.

Sebelum berpartner dengan Frank, Larry memiliki partner dengan Gary. Kasus yang membuatnya hidupnya semakin rumit. Larry berhadapan dengan Steve, yang merupakan adik kandung partnernya . Larry terpaksa membunuh Steve karena merasa terancam, namun inilah yang memicu rasa bersalah besar pada Gary. Terlebih dalam suatu peristiwa, Gary dan Larry mengalami ledakan mobil yang sengaja dilakukan pembunuh. Gary meninggal dan Larry mengalami patah tulang rusuk yang hampir menyobek jantungnya. Luka dalam yang cukup serius itu tidak sebanding dengan dibebaskannya pembunuh Gary. Rasa bersalah besar tidak mampu mengungkapkan identitas pelaku pembunuh Gary, terbunuhnya adik Gary oleh tangannya sendiri, bayangan orang tua yang ditemukan meninggal, kerasnya Mrs. Lindsay dalam mendidik membuatnya sering mengalami gangguan kepala, terlebih karena memiliki ingatan fotografik yang kuat sehingga tidak mampu melupakan berbagai peristiwa buruk yang menimpanya padahal snagat ingin. Hal tersebut membuat Larry ketergantungan dengan obat penenang bersifat narkotik. Bahkan pekerjaan yang dilakukannya hanya sebagai pelarian untuk melupakan ingatan buruk, meski setelah selesai tugas akan teringat kembali berbagai peristiwa buruk yang telah menimpanya.

Larry dikenal sebagai detektif yang cerdas dengan berbagai penghargaan, dan Frank yang menjadi partner Larry setelah Gary sangat bangga. Akan tetapi sikap Larry yang dingin dan tertutup membuat Frank jengah dan akhirnya membujuk Larry untuk berlibur sekaligus terapi di tempat kakak tiri Frank, Julia. Mulai disinilah Larry dengan dukungan Frank, Julia, serta pelayannya yang setia, George untuk menghentikan penggunaan obat penenang yang pernah dikonsumsi Larry karena berbahaya.

Kasus terbesar yang dihadapi Larry dan Frank adalah serangkaian pembunuhan pada beberapa pengusaha dan aparat penegak hukum yang mengantarkannya mengungkap sosok pembunuh dibalik kematian Gary. Sebuah tim yang beranggotakan 2 agen kepolisian yaitu Larry dan Frank, serta anggota FBI, Jim dan Jane dibawah tanggung jawab Larry menanganinya. Kasus tersebut yang membuatnya menerima lima tembakan di kakinya, dan 1 di pelipisnya belum membuahkan hasil, akan tetapi kasus ditutup setelah menganggap sang pembunuh telah meninggal karena ledakan mobil dan masuk jurang. Setelah kasus tersebut ditutup, justru Larry yang menerima surat ancaman. Frank sebagai partnernya pun tidak mempercayainya.

Tembakan yang diterima Larry di kakinya menyebabkan kelumpuhan, namun tidak ada yang berani memberitahu bahwa kenyataan sesungguhnya pada Larry. Hal yang dapat mereka lakukan hanyalah menyemangatinya, dan ketika keluar dari rumah sakit Larry harus bekerja di belakang meja. Ketika semua staf Kepolisian sepakat untuk tidak menyinggung kelumpuhan Larry, satu orang anggota yang merasa tidak suka, Craig, sengaja membocorkan apa yang dialami Larry, dan baru Larry menyadarinya.

Konflik baru mulai menyeruak. Larry merasa sedih, kecewa, marah, dan berbagai emosional lainnya dengan semua yang dikenalnya di Kepolisian yang menyembunyikan rahasia, terutama Frank. Dia merasa hina dan direndahkan, bahwa kelumpuhannya membuat orang kasihan padanya. Jika konflik-konflik sebelumnya Larry mampu menghadapi dan survive, namun tidak kali ini. Perasaan denial, penolakan bahwa kini berakhir di kursi roda selalu membuat Larry merasa perlu membuktikan 0bahwa ia seperti dulu, yang kuat, tangguh, dan dapat diandalkan dimanapun. Perasaan tidak nyaman dan direndahkan membuat Larry mengundurkan diri dari Kepolisian. Ia merasa harus mencari sesuatu untuk mengobati luka-lukanya, luka hatinya. Ia kembali ke Wyoming dan mulai tinggal di rumahnya.

Satu minggu kemudian Larry dan George mengunjungi New York, dan disanalah ia mulai mengenal Islam. Ketidaksengajaannya melihat mantan anggota timnya terdahulu, Mary Olson, membuatnya penasaran dengan penampilan barunya, dan tepat pada hari Jumat ia melihat sebuah bangunan dimana Mary masuk sebuah Islamic Center. Khutbah Jumat membuatnya tertarik dengan Islam meski masih mendengarkan dari kejauhan. Ia merasa menemukan apa yang selama ini dia cari, penjelasan tentang keadilan, surga negara, alasan kenapa ia dilahirkan di dunia yang dulu dikutuknya merasa mendapat jawaban. Hingga akhirnya syahadat di Islamic Center tersebut menjadi pertanda Larry resmi seorang muslim.

Meskipun ke-Islamannya masih menjadi pertentangan dari berbagai orang yang dicintainya, seperti Frank dan Mrs. Lindsay, namun Larry selalu mendoakan kelak mereka akan menyusul menjadi muslim. Dalam perjalanan mualafnya, ia mulai kembali diteror oleh pembunuh dan harus kembali menjadi anggota Kepolisian untuk menangkapnya. Pada akhirnya, pembunuh semua pengusaha, termasuk Gary, partnernya, dapat ditangkap. Pembunuh yang merupakan seorang psikopat, Scot, yang memiliki kelainan jiwa dan sangat menyukai melihat kematian korban-korbannya. Motifnya adalah semua yang menjadi korbannya adalah pem-bully di masa sekolahnya yang akhirnya menanamkan dendam. Scot telah menjadi tahanan rumah sakit jiwa selama lima tahun dan berhasil kabur, sejak saat itulah ia merupakan pembunuh berdarah dingin. Larry meninggal 2 minggu kemudian setelah menikah dengan Mary karena sakit kanker otak, juga kecelakaan yang disengaja oleh agen FBI yang anti Islam. Kepergiannya meninggalkan wasiat untuk menikah dengan Mary dan mewariskan sebagian kekayaannya.

Minggu, 11 Maret 2018

BELAJAR MERASA

Sebuah keberuntungan ketika kita mampu "mengenal" orang lain. Dari kekurangan dan kelebihan orang lain, akan mengajarkan bagaimana bersyukur dengan kekurangan, belajar mengendalikan diri dengan setiap kelebihan, bahkan diam dengan segala ketidaksenangan.

Alloh mengajarkan setiap kebaikan melalui setiap hambaNya, jika kita mau peka. Bahkan tidak hanya manusia, setiap nyawa di sekeliling kita pun dapat menjadi pembelajaran. Pertanyaannya adalah, kita mau atau tidak. Jika kita apatis terhadap segala sesuatu, bagaimana kita bisa belajar? Bagaimana kita bisa mengambil hikmah?

Kembali pada pembelajaran, hari ini belajar hidup dari penulis senior, Mbak Safrina Rovasita, dan dengan cerebal palsy-nya namun mampu membuktikan sebagai salah satu perempuan tangguh yang kukenal. Menjadi inspirasi bahwa setiap manusia tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain karena setiap nyawa diciptakan dengan kekurangan diantara kelebihan. Jadi bersyukurlah dengan segala rasa, nikmati hidup dengan segala makna.