Rabu, 15 November 2017

BELAJAR DARI SEJARAH

Dalam rentang kehidupan, kita sebenarnya masih perlu banyak belajar. Sejarah menjadi pembelajaran kita yang cukup efektif tanpa membuang energi, waktu, dan biaya. Berapa banyak kehidupan orang lain, kehidupan masa lalu yang bisa kita lihat, pelajari, dan ambil hikmahnya? Tentang pemicu suatu kehancuran, tentang jalan menuju kemenangan, tentang banyak hal yang membuat kita lebih berhati-hati untuk melangkah, tentang catatan yang akan kita pertanggungjawabkan.

Belajar bagaimana mengelola hati, menjauhkan dari iri, dengki, cemburu, hasud, tentang banyak hal yang merusak hati yang bahkan dari hati itu banyak muncul perilaku buruk. Bukankah kita bisa belajar dari Aisyah dan Hafsah? Tentang kecemburuan yang membabi buta yang bisa menghancurkan diri dan orang lain?

Memasuki kehidupan seseorang itu harus paham bagaimana membawa diri, menjaga sikap, adab, dan laku agar sesuai syari'at. Kehati-hatian kita bisa menjadi jalan keselamatan diri dan orang lain. Bagaimanapun suatu dekatnya hubungan, kita kadang bisa terjebak dengan berbagai pendapat "aku paham kamu, sangat tahu tentang kamu". Pada kenyataannya, tidak ada yang benar-benar paham tentang hati seseorang. Hati adalah satu-satunya yang tidak bisa dilihat dan terukur oleh orang lain, ia hanya dapat dipahami olehNya. Maka itu, tetaplah berhati-hati untuk menjaga diri dan hati agar tidak melukai orang lain.


- Renungan Pagi, 15/11/2017 - Fa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar