Kamis, 30 November 2017

ANTARA GENGSI DAN MENIPISNYA SUMBER DAYA ALAM

Pernahkan kita berpikir bahwa makanan dan minuman yang terbuang merupakan percepatan dalam mengurangi sumber daya alam? Saat ini, jumlah penduduk semakin cepat pertumbuhannya, sementara lahan dan sumber daya alam lain seperti air, pohon, dan sebagainya sangat terbatas jumlahnya. Hal ini akan menyebabkan kelangkaan sumber daya alam dan menjadikannya semakin mahal.

Untuk sebagian orang dengan kantong terjangkau, membeli makanan maupun minuman kemudian tidak menghabiskannya menjadi hal biasa. Akan tetapi ini bukan tentang gaya hidup yang menjadi penilaian orang sekitar bahwa kita mampu membeli apa yang kita inginkan. Ini tentang keberlangsungan sumber daya alam yang menjadi sumber kehidupan kita. Tidakkah kita berpikir bahwa kelak anak-anak dan generasi kita akan semakin sengsara dengan kondisi ini. Menipisnya sumber daya alam berarti sumber kehidupan mulai punah, uang pun tidak akan berguna.

Di beberapa negara lain sudah tergambarkan bahwa kemiskinan dan kelaparan menjadi salah satu sumber kematian. Bahkan di Indonesia sendiri hal ini sudah banyak terjadi. Ketimpangan ekonomi satu sama lain menjadikan satu pihak sangat melimpah makanan dan minuman, sementara yang lain kelaparan tidak memiliki apapun. Akankan ini akan terus berlangsung?

Maka, sebisa mungkin kita tinggalkan gengsi. Setiap pon makanan yang kita buang ada harga mahal yang harus kita bayarkan kelak. Jangan sia-siakan. Prinsip "no waste food" harus kita tekankan. Jika kita makan di restoran, misalnya tidak habis jangan malu untuk membungkus. Ini menjadi salah satu kita memanfaatkan dan menghargai sumber daya alam yang kita punyai saat ini.

Save Our World - Fa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar