Sebuah esai tentang "Aku, FLP, dan Dakwah Kepenulisan"
Masyarakat Indonesia
saat ini berada pada zona kehidupan yang nyaman, termasuk di Yogyakarta. Zona
nyaman sebenarnya bukanlah sebuah ukuran kesejahteraan yang mutlak karena
justru dengan zona nyaman maka mawas diri menurun, lengah, tingkat belajar
berkurang sehingga tidak bisa berkembang menjadi lebih baik, malas bergerak
menghadapi tantangan dan sebagainya. Pola kehidupan seperti ini akan menurunkan
karakter seseorang dalam berjuang. Bahkan saat ini masyarakat terutama generasi
muda terjebak dalam kehidupan hedonisme, mengagungkan seseorang atau
kehidupannya sehingga konsep dirinya hilang, serta terbiasa dalam kehidupan
yang tercukupi.
Media dan teknologi
yang saat ini semakin pesat ikut andil dalam pembentukan kehidupan masyarakat
yang hedonisme. Mereka mengenal dan tertarik dengan tokoh yang diidolakan,
bahkan dengan fanatisme yang tinggi, apapun dan bagaimanapun kehidupan
seseorang yang diidolakan mampu mempengaruhi kehidupan seseorang yang
mendewakannya. Berbagai media seperti televisi, media sosial (facebook, twitter, instagram) maupun youtube
mampu menghubungkan antara orang yang ditokohkan dan orang yang menokohkan. Hal
ini dapat membentuk pola pikir dan mempengaruhi karakter dari orang yang
menokohkan untuk mengikuti orang yang diidolakan tersebut.
Saat ini masyarakat
juga banyak dihebohkan dengan film-film baru yang sedang tayang. Film remaja
dengan khayalan dan kehidupan mewah yang mulai banyak menjadi tontonan dari
berbagai kalangan baik orang tua, dewasa, bahkan remaja. Film yang banyak
diangkat dari buku-buku, novel, dan karya sastra lainnya mampu menyita
perhatian para masyarakat. Sayangnya, tidak semua film dan karya sastra
tersebut mendidik. Orang tua yang seharusnya mengedukasi tidak mampu membendung
euforia para generasinya dalam melihat tayangan yang terkadang belum sesuai
usianya. Film dengan adegan intim, kekerasan, dan sebagainya yang bersifat
destruktif banyak beredar di bioskop. Hal ini berasal dari karya sastra yang
berupa tulisan.
Dapat dilihat bahwa tulisan
memiliki peran penting dalam membangun mindset
dan karakter masyarakat. Kenapa saat ini masyarakat berada pada hedonisme?
Karena banyak tulisan yang diangkat melalui layar bioskop maupun layar televisi
yang dilihat namun berkisah tentang hedonisme. Kenapa saat ini banyak remaja
yang saling berkelompok (gengster) dan saling membully? Karena banyak tayangan yang menjadi kiblat para generasi
muda. Kenapa kehidupan dulu dan sekarang dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah bisa berbeda? Karena masyarakat dulu dikenalkan dengan perjuangan,
bukan dengan khayalan yang seperti saat ini banyak terjadi.
Menulis tidak hanya
sekedar memberi hiburan kepada pembaca. Tulisan-tulisan seharusnya mengandung banyak
hal positif yang disampaikan oleh penulis seperti pemikiran, ide, gagasan,
pengalaman yang dapat ditransfer kepada pembaca. Hal ini dapat digunakan untuk
mengkonstruksi karakter positif generasi saat ini. Misalnya tulisan yang tidak
hanya berkisah tentang dua orang remaja yang saling jatuh cinta. Tulisan dapat
diperluas dengan bercerita tentang pengalaman hidup seseorang, tentang
perjuangan hidup seseorang yang bisa menjadi contoh, tentang bagaimana
menghadapi masalah dengan positif. Saat ini kita memerlukan tulisan yang
menggugah semangat untuk berjuang, bukan terlena dalam kenikmatan duniawi.
Para penulis seharusnya
mampu mendidik generasi muda melalui tulisan. Tulisan dengan pesan moral,
filosofi kehidupan, dan jauh dari masalah yang didramatisir seperti tayangan drama
dan sinetron yang saat ini banyak ditayangkan yang justru menghancurkan konsep
diri masyarakat. Para penulis sebenarnya mampu menyampaikan banyak hal yang ada
di sekitar lingkungan kita, bahkan pengalaman pribadi untuk belajar tentang
kehidupan. Bukan hanya tentang materi, namun menyebarkan kebaikan melalui
tulisan.
Dengan adanya oprec FLP wilayah Yogyakarta, ini
menandakan adanya hal positif untuk membangun para generasi penulis, belajar
bagaimana tulisan memberikan nilai positif bagi pembaca, dan bukan tentang
khayalan duniawi yang merusak semata. Belajar menjadi hal penting bagi penulis
untuk terus mengembangkan diri dalam mencapai tulisan yang berkualitas. Tulisan
yang diarahkan untuk membangun karakter dan pemikiran positif serta sarana
dakwah. Dengan adanya FLP wilayah Yogyakarta ini maka juga bisa menyatukan
penulis dari berbagai latar belakang, ini artinya akan lebih banyak pengalaman
dan kemampuan menulias yang bisa saling dipelajari antara satu penulis dengan
penulis lainnya.
Tulisan menjadi sarana
dakwah dalam menyampaikan pesan moral ketika penulis sebagai komunikator tidak
mampu menyampaikan secara langsung kepada pembaca sebagai komunikan. Tulisan
yang mampu merubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik adalah tulisan yang
bagus. Hal ini berarti dakwah melalui tulisan berhasil. Tulisan yang tidak
menggurui namun menjabarkan dengan bahasa yang santun dapat mengkonstruksi
pemikiran menjadi lebih positif, melihat segala permasalahan dari sudut pandang
positif dan berfokus pada problem solving.
Dengan semakin banyaknya penulis yang tergabung dalam
FLP terutama di Yogyakarta maka semakin banyak potensi yang dimiliki untuk
menyediakan bacaan yang positif bagi generasi muda. Semakin banyak penulis yang
aktif di FLP maka akan semakin banyak dakwah yang bisa dilakukan melalui tulisan
dengan menjangkau seluruh masyarakat dimanapun. Kepedulian para penulis
diharapkan dapat memberikan andil dalam memperbaiki karakter generasi muda yang
saat ini seperti hilang arah.
http://flpyogya.org
http://flpyogya.org
Mantap Bu tulisannya
BalasHapusDitunggu juga postingan mba Lia Muslimah :)
HapusKeren buu.. Hehe
BalasHapusAyo mana ni tulisan mas Amir..hehehe
HapusTulisan yg menginspirasi, terus berjuang untuk generasi yang makin tangguh
BalasHapusTerima kasih untuk supportnya :)
HapusMenginspirasi... Semoga muncul tulisan2 lain yang mengibspirasi....
BalasHapusAamiin.. Terima kasih supportnya :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus